Minggu, 14 Oktober 2012

KISAH CINTA ABU-ABU

Di sisi dunia, roman-roman remaja mulai tumbuh. Gaya kekanak-kanakan yang dulu menyebalkan, kini berubah drastis bagai disulap pensil skalakabumbum. Dari yang dulu imut-imut kayak marmut, sekarang jadi amit-amit kayak moyangnya marmut. Dari yang dulu masih ngompol, sekarang malah makin beser. Tapi mungkin nggak dengan cewek yang satu ini. Cewek yang emang imut-imut tapi nggak kayak marmut, malah lebih mirip sama Pretty shinta artis Bollywood itu lho. Hidungnya yang mancung hampir kayak hidung pinokio. Matanya yang bulat coklat, bibirnya nan sexy, rambutnya yang tergerai hitam lurus, pokoknya jauh banget sama rambut sapu ijuk. Dan pokoknya, cewek yang satu ini benar-benar prefect n sedikit agak tomboy sih. Walau begitu dia jadi idola populer di sekolah lamanya, dan akan menjadi calon idola lagi di sekolah lanjutnya. Maklum aja hari ini dia baru mengenakan seragam khas abu-abu Sekolah Menengah Atas, yang dua hari sebelumnya masih mengenakan seragam biru-putihnya.
“Cinta, udah belum dandannya ? nanti kamu terlambat.” Cinta bukan panggilan lebay dari seorang ibu pada anaknya lho, tapi emang itu adalah nama dari seorang cewek yang cantik nan imut. Mungkin sebelumnya udah sempet di bahas sedikit tentang cewek yang satu ini. Suara sang ratu rumah udah terdengar tak sabar menunggu sang putri Cinta keluar dari kamarnya. Maklum saja, cewek yang satu ini nggak cukup beberapa menit bersolek di depan cermin kesayangannya. Mungkin bisa memakan banyak waktu, hingga banyak waktu yang terbuang sia-sia. Tomboy sih boleh aja, tapi ini namanya melebihi dosis seorang wanita normal untuk bersolek. Hahhahaah :D ketawa dikit lah.
“Rebes, Mom.” Satu jawaban singkat yang dilontarkan Cinta, untuk waktu yang berjam-jam terbuang.
“Udah donk Cin, eke bete nih chin. Liat loe gak selesai-selesai berhadapan sama eke.” Nada manja ala bancis akhirnya terdengar juga dari si cermin kesayangannya itu.
“Oke cermin, gue mau berangkat nih.” Cinta membalikkan badan dan mengambil tas Diesel selempangnya. Lalu berlalu pergi. I’m coming abu-abu . . . . . . . . .


***
Di sisi dunia lain pun terlihat sesosok makhluk tampan bin handsome, penghuni salah satu istana di sebuah perumahan Menteng. Dengan gaya cool and cute, si cowok yang bernama Revan itu menghampiri sang Raja yang sudah siap setengah jam lalu di depan halaman istana dengan bersandar di mobil sedan berplat B yang sudah hampir jamuran.
“Oke, Dad. I’m ready.” Si Revan pun langsung menghampiri ayahnya dengan gagah tak berani, tapi tetap dengan senyuman yang cute itu. Mobil mereka pun melesat secepat anak panah yang lepas dari busurnya, melewati celah yang kosong mobi-mobil yang lain.

***
Sebuah Sekolah Menengah Atas di Jakarta yang cukup megah, telah menanti siswa-siswi yang baru saja berganti abu-abu itu datang. Bel masuk pun dua menit lagi berdering. Di setiap penjuru kelas yang cukup luas, anak-anak sudah tak sabar menanti untuk memulai jam pelajaran pertama dimulai. Dengan semua yang semua serba baru.

Karena saking rajinnya, ada yang sudah menyiapkan alat tulis di atas meja, seperti tempat pensil bergambar Doraemon; pensil yang bergambar Berbie; pulpen yang diujung tombaknya ada kepala Micky; dan nggak ketinggalan perlengkapan makan berbentuk kepala robot serta tempat air minum berwajah Smile warna biru.
“Eh Sis, elo mau sekolah apa mau camping ? kayak anak TK aja loe !” teriak salah satu siswa yang penampilannya cukup keren. Siska hanya diam. “Cin, elo di mana sih?” desis Siska pelan. Maklum aja, cewek yang satu ini adalah sahabat Cinta waktu SMP dulu. Walau dia agak cupu, tapi Cinta senang punya teman seperti dia, teman yang terlalu baik untuk tidak diajak berteman. Teman-teman yang lain masih saja menertawakan keluguan Siska. Dan tak lama kemudian, bel pun berbunyi. Tiba-tiba di ambang pintu ada dua sosok manusia yang muncul tiba-tiba. “Morning semua, sorry gue telat.” Suara yang hampir berbarengan itu mengalihkan semua mata yang sekitar beberapa menit yang lalu sedang menjuru pada sosok yang agak kuper n cupu. Sekejap saja semua mata tertuju pada dua pasang mata di ujung pintu kelas. Seluruh pasang mata yang tadinya menertawakan Siska, sekarang malah berganti haluan.
“Cin, sini !” seru Siska sambil mengayunkan tangannya untuk memberi aba-aba pada Cinta untuk segera duduk di sebelah bangkunya yang kosong. Cinta pun mengiyakan.
“Oya Cin, kok loe tadi bisa barengan telat gitu sama tuh cowok ?” Siska membuka obrolannya, dan ditatapnya Cinta dari arah samping.
“Nggak tahu, takdir kali.” Cinta tak terlalu menanggapi, dia malah asyik sibuk sendiri.

***
Hari pertama sekolah dilalui dengan baik. Keesokannya akan ada banyak hal yang akan lebih menanantang.
Di kantin . . .
“Eh Cin ! loe nggak usah kecentilan and kegeeran yach ! mentang-mentang kemarin loe ke ‘gap’ bareng sama Revan.” Pantas aja tuh cowok jadi langsung tenar ke kakak kelas, secara dia ternyata saingan populer juga kaya Cinta si cewek yang agak tomboy yang satu ini. Baru ke ‘gap’ kayak kemarin aja udah seheboh itu. Mulut cewek di depan Cinta udah monyong-monyong lima centi itu, cuma dicuekin sama Cinta. Siska yang melihat adegan itu Cuma meringis katakutan di belakang tubuh mungil Cinta. Sedangkan Cinta tak gentar sedikitpun.
“Eh ! loe bisu apa tuli sih ?” cewek itu makin garang n panas. Pantes aja omongannya cuma dikacang rebusin abis-abisan sama Cinta. “kita hajar aja nih cewek !” samber teman Stela, nggak kalah garang dari Stela.
“Eh cewek cupu cengeng ! ngapain loe liat-liat ?!” bentakan Stela membuat Siska mati kutu. Tapi nggak buat Cinta, dia masih santai dengan es apel and siomay di hadapannya.
“Oke guys, lebih baik kita seret aja nih cewek cupu. Buat kita jadiin tumbal. Kita bawa ke kamar mandi dan kita mandiin aja sekalian. Hahahahahaha.” Cewek and geng-nya itu menyeret Siska dengan sadis sambil tertawa puas. Anak-anak yang berada tak jauh dari lokasi perkara itu Cuma bisa diam. Tak ada yang berani sedikitpun sama geng cewek-cewek yang terkenal dengan tajir, top, and garang itu. Jadi penonton setia adalah cap buat anak-anak hanya cuma bisa liat adegan-adegan yang diperankan geng itu, tanpa harus jadi pemeran figura yang Cuma numpang lewat atau sekedarnya nampang wajah yang separuh terlihat. Sungguh tragis.
Lima langkah cewek and geng-nya itu melewati tubuh mungil Cinta, akhirnya Cinta pun angkat bicara. “Eh loe !” langkah geng itu pun seraya berhenti, setelah baru saja ada panggilan alam yang menggoda mereka. “Hmmm, kita gitu maksud loe ?” tanya sok gak nyadar, diwakilin salah satu personil geng itu. “Ya loe loe pada ! siapa lagi !” gaya khas betawinya pun keluar juga.
“Berani juga nyali loe yach !” Stela kebawa emosi.
“Loe fikir gue takut sama makhluk macam kalian ?” semakin dekat langkah Cinta yang menghampiri geng itu.
“Sebelum loe mandiin cewek ini,” Cinta menunjuk Siska yang makin gemetar nggak keruan, dan “BYURRR . . . !!”
“Gue mandiin loe duluan ! ngerti loe !” es apel Cinta mendarat tepat ke wajah Stela. Cinta langsung menarik Siska ke sampingnya. Stela and geng-nya melongo nggak nyangka. Terbengong-bengong ala kucing yang mau pingsan karna diguyur air. Bedanya ini nggak kabur pas disiram air. Hehe :D
“Satu hal yang loe harus tahu,” Cinta diam sesaat dengan wajah yang baru aja menampakkan sinis. “kalo loe bermasalah sama gue, loe hadapin gue satu lawan satu ! dan nggak usah loe bawa-bawa temen gue. Ngerti loe !” bentakkan ganas Cinta nggak bisa ditolak Stela. Cinta and Siska pun langsung meninggalkan kantin tanpa memperdulikan Stela yang masih melongo heran. Semua anak yang masih berada di TKP masih terbengong-bengong melihat adegan live film gratis tadi. Mereka cukup terhibur, ada pula yang tersenyum merendahkan Stela and geng-nya. Tapi tidak untuk Stela and geng-nya.

***
Sepatu kets olahraga dengan warna biru sudah terpasang rapih. Kaus olahraga pun tak kalah matching dengan sepatunya. Dandanannya kali ini pun lebih sporty. Yang kemarin rambutnya digerai, sekarang dikuncir 1 belakang dengan model jini oh jini beraksesoriskan pita Micky biru. Di tangan kanannya terbelit gelang Power Balance. Dan Cinta pun siap berangkat dengan mobil BMW-nya.

***
Tas Alto hitam pun sudah digembloknya. Cowok yang satu ini pun nggak mau kalah keren dari hari kemarin. Rambutnya yang sengaja dimodel mohak cepak pun bikin wajahnya semakin keren n cool. Motor pun melesat cepat dan siap menjilati aspal jalanan yang cukup ramai pagi ini.

***
‘Ciiiiiiiiiittttttt . . . . . . !!’
Decitan rem dua kendaraan pun saling berlomba menerobos masuk tempat parkir kendaraan. Dua sosok manusia pun muncul. Di sisi kanan kendaraannya ada si cewek cantik yaitu Cinta. Dan di sisi kiri kendaraannya ada cowok yang super duper keren n ganteng yaitu Revan. Tak disangka dan tak diduga,semua orang yang berada tak jauh dari tempat parkir itu menatap dua sosok yang baru muncul itu. Semua mata tertuju pada kedua-nya, dari pinggir lapangan, tepi kelas atau pun seluruh penjuru sekolah. Cinta dan Revan berjalan beriringan. Tak sebersit sedikitpun untuk kedua-nya melirik apalagi melihat satu sama lain .

***
Di tengah lapangan basket pun sudah ada dua kubu pemain yang siap bertanding hari ini. Dikubu penantang ada Cinta, Jessica, Amel, Dinda dan Meta yag mewakili kelas satu. Dan di kubu lawan ada Stela, Angel, Reva, Cindy dan Vira yang mewakili kelas dua. Kapten dari kedua kubu pun saling berhadapan.
“Loe hati-hati aja, bentar lagi loe akan kalah.” Stela dengan sinisnya menatap Cinta, sambil memberi jempol terbalik. Cinta tampak tenang.
“Siapa takut ! lebih baik loe pulang aja deh sekarang ! daripada loe akan kalah telak dan malu.” Cinta tampak tenang dan berjalan membalikkan badan menuju tim-nya. Setelah lima menit untuk mengatur strategi, kedua kapten dari kedua kubu pun berdiri di tengah lapangan. Wasit pun meniup peluit tanda pertandingan dimulai. Yang pertama mendrible bola adalah tim Stela, saat akan melempar bola ke arah ring lawan, bola pun terpotong oleh kelincahan Cinta. Cinta pun mendrible bola dengan mulusnya dan masuk ! tim Cinta sudah unggul di score pertamanya. Tim Stela pun nggak mau kalah telak sama tim Cinta. Dengan santai Cinta pun kembali mendrible bola dengan lincahnya.menit pun berlalu berganti jam. Persaingan kali ini sangat ketat, kedudukan sekarang 4:2. Tim Cinta masih unggul 2 point. Di sela waktu yang tersisa, kedua kubu semakin ketat mengejar score tertinggi. Dan ini lah puncak ketegangan para pemain dan penonton, kedua kubu sama-sama kuat. Wasit pun akan meniupkan peluit tanda pertandingan selesai. Wasit menghitung mundur, 5, 4, 3, dan dihitungan ke-2, MASUK !! Cinta berhasil memasukkan bola ke arah ring. Dan akhirnya, ‘prrrriiiiiiitttttt . . . . . . . priiiiiittttt . . . . !!’ peluit tepat ditiup dihitungan ke-1. Dan akhirnya tim Cinta lah yang memenangkan pertandingan. Mereka berpelukan kayak Teletubies. Dan tim Stela pun pergi meninggalkan lapangan dengan wajah ketekuk and kusutnya minta ampun, kayak baju yang belum disetrika.

***
Kantin mendadak ramai, padahal bel istirahat belum berbunyi. Siswa-siswi menyerbu semua kedai makanan yang ada di kantin. Diborong dah tuh. Banyak siswa –siswi kelas satu sampai dengan kelas tiga nongkrong-nongkrong di tepi lapangan. Tiba-tiba ada panggilan alam yang memperingati Cinta untuk menjauh dari tempatnya berjalan. Cinta pun mencari asal suara itu dan apa yang dilihat Cinta ? bola basket melayang tepat ke arahnya. Dengan sigap Cinta menangkap bola itu dengan gaya khas anak basket yang baru aja menerima umpan dari rekannya dan dimasukkannya bola itu ke arah ring dan MASUK !! tepukan tangan yang cukup meriah itu meramaikan pagi yang menjelang siang ini. Cinta pun melanjutkan langkahnya menuju kantin. Tiba-tiba ada seseorang yang mengejar Cinta dan menepuk pundaknya.
“Hi !” seru seorang yang tadi menepuk pundaknya. “Nama loe siapa ? tadi lemparan loe boleh juga.” dilanjut dengan perkenalan awal, sambil mengulurkan tangan dan tersenyum manis pada cewek tomboy satu ini.
“Gue Cinta. Nama kakak siapa ?” Cinta pun menyambut tangan yang menjabatnya dengan senyum manis pula.
“Nggak usah panggil kakak, panggil gue Aldo.” Ajegile, masih ada juga ya cowok yang super duper keren kayak gini di sekolah gue. Cinta ngobrol sendiri dalam hati and gak lupa gaya melamunnya.
“Hi Cin, ko malah diem ?” lamunan Cinta langsung pecah, karna keasyikan ngelamunin cowok di depannya.
“Oh, nggak pa-pa kok.” Cinta terpojok dan memerahlah wajah cantiknya. Kayak tomat yang baru aja masak.
“Oya, loe mau ke kantin kan ? bareng yuk !” ajak Aldo sok kenal sok dekat. Makin merah aja tuh wajah tomat Cinta, nggak habis fikir gara-gara dia mau kelempar bola jadi bisa kenal cowok se keren Aldo. Lumayanlah.

***
Perasaan Cinta membludak, kacau dan benar-benar tidak terkontrol. Dilemparnya tas itu ke atas kasur dan dibaringkannya tubuh mungil itu ke dermaganya. Fikiran Cinta melayang, menerawang dan memutar-mutar isi otaknya. Kedua lelaki yang sekarang sedang mencoba mendekatinya, tiba-tiba saja berjalan-jalan di otaknya. Entah itu Revan ataupun Aldo. Nggak tau gimana keduanya jadi saling mendekati Cinta. Untuk Revan, mungkin karna memang dia sekelas dengan Cinta, sedangkan Aldo yang tiba-tiba dikenalnya karna adegan yang nggak terduga. Karna bola basket itu yang membuatnya jadi kenal dengan sesosok cowok yang super duper keren itu. Yang jelas, mereka sedang berlomba untuk mendapatkan hati Cinta. Wajah itu tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam angan Cinta. Wajah itu terlihat lebih tampan dari pandangan aslinya. Cinta pun sendiri bingung apa yang terjadi pada dirinya, ia benar-benar pusing tujuh keliling dunia jalan kaki.

***
“Cin, gue mau ngomong sesuatu sama loe.” Sorot matanya yang tajam menghinggap serius dan cowok itu pun menarik tangan Cinta.
“Apa-apaan sih loe Van !” Cinta membentak sekaligus kaget dengan tingkah dan sikap Revan.
“Gue mau ngomong penting sama loe. Gue minta maaf udah buat loe marah kayak gini. Please, dengaerin gue dulu.” Suara Revan melemah dan kini tatapannya pun melemah. Anak-anak di sekitar lapangan basket berkerumun mendekati Revan dan Cinta. Dan membuat sebuah lingkaran yang di tengahnya ada Revan dan Cinta yang sekarang jadi pusat perhatian.
“Dengerin semua ! gue Revan, sebelumnya gue minta maaf udah ganggu waktu istrahat loe-loe semua. Di sini, dan di tempat ini, gue mau nyatain cinta sama seorang cewek. Emang bisa dibilang norak. Gue sendiri juga nggak nyangka bisa suka sama cewek secepat ini. Tapi gue udah yakin dengan perasaan gue, dan segala resiko ditolak gue udah siap.” Tiba-tiba Revan duduk merendah di hadapan Cinta. Cinta bengong tak bisa berkutik.
“Cin, gue suka sama loe, sejak pertama gue liat loe. Loe mau nggak jadi cewek gue ?” Dor !! tembakan sudah tepat sasaran.
“Gue . . . gue . . .” Cinta terbata-bata.
“Gue tahu Cin, ada cowok lain yang menyukai loe juga. Dan loe juga menyukainya. Dia kan ?” Revan menunjuk Aldo sinis, yang baru saja tiba di TKP.
“Revan !” bentak Cinta seketika.
“Oke, oke. Gue ngerti. Sekarang loe pilih gue atau dia ?” Revan melemah.
“Sebelumnya gue terimakasih sama loe Van. Gue nggak nyangka aja loe berani nembak gue langsung di hadapan teman-teman gue. Oya, buat Aldo, makasih loe dah baik banget sama gue.” Cinta memandang Aldo. Aldo pun tersenyum mendengar ucapan Cinta.
“ dan buat Revan, jujur aja gue rada stres deket sama loe. Yang akhirnya membuat gue bermusuhan sama Stela and geng-nya sampe bikin gue ribut di kantin. Itu karna loe. Dan Cuma gara-gara salah paham gini, temen gue jadi ikut-ikutan apes karna loe. Tapi setelah beberapa hari gue berfikir tentang perasaan gue, gue udah pastiin kalau gue suka . . . . . Aldo.” Jelegar ! petir menyambar hati Revan. Aldo yang sedari tadi melihat adegan itu, tersenyum puas dan merasa menang.
“Oke, gue terima keputusan loe. Makasih.” Revan sangat kacau dan beralalu pergi.
“Tapi gue lebih mencintai loe Van ! lebih-lebih dari perasaan gue ke Aldo.” Cinta berteriak dan menghampiri Revan. Langkah Revan terhenti.
“Apa Cin ?” Revan tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.
“Gue lebih mencintai loe Van, gue . . . . . . . gue mau banget jadi pacar loe.” Cinta mengulang ucapannya. Revan pun tersenyum senang. Seluruh anak di lapangan basket itu bertepuk tangan gembira, menyambut jawaban Cinta untuk menerima Revan.
“Makasih Cin, gue seneng dengernya.” “Oke. Nih gue tantang loe main basket satu lawan satu. Siapa yang kalah, harus mentraktir seluruh anak satu sekolahan. Gimana ?” tantang Revan yakin.
“Oke. Siapa takut !” Cinta dipeluk Revan dengan mesra dan anak-anak yang lain pun ikut berpelukan kayak teletubies.
“Yeeaaahhhhh . . . . . . . . . . . . .” seruan berbarengan seluruh siswa. Aldo dan Stela pun pergi meninggalkan lapangan dengan hati yang teramat sakit dan kecewa.

***
“Kat ! Kat ! Ending yang bagus. Saatnya bilang ‘SEM PUR NA’.” Suara Sutradara memecah gembira di tengah-tengah kegembiraan para pemain cerpen ‘KISAH CINTA ABU-ABU’. Semua berpelukan tanda gembira.
Oleh :
 Alif Fanny Wulandari


Tidak ada komentar:

Posting Komentar