Di sisi dunia, roman-roman remaja mulai tumbuh. Gaya
kekanak-kanakan yang dulu menyebalkan, kini berubah drastis bagai disulap
pensil skalakabumbum. Dari yang dulu imut-imut kayak marmut, sekarang jadi
amit-amit kayak moyangnya marmut. Dari yang dulu masih ngompol, sekarang malah
makin beser. Tapi mungkin nggak dengan cewek yang satu ini. Cewek yang emang
imut-imut tapi nggak kayak marmut, malah lebih mirip sama Pretty shinta artis
Bollywood itu lho. Hidungnya yang mancung hampir kayak hidung pinokio. Matanya
yang bulat coklat, bibirnya nan sexy, rambutnya yang tergerai hitam lurus,
pokoknya jauh banget sama rambut sapu ijuk. Dan pokoknya, cewek yang satu ini
benar-benar prefect n sedikit agak tomboy sih. Walau begitu dia jadi idola
populer di sekolah lamanya, dan akan menjadi calon idola lagi di sekolah
lanjutnya. Maklum aja hari ini dia baru mengenakan seragam khas abu-abu Sekolah
Menengah Atas, yang dua hari sebelumnya masih mengenakan seragam biru-putihnya.
“Cinta, udah belum dandannya ? nanti kamu terlambat.” Cinta
bukan panggilan lebay dari seorang ibu pada anaknya lho, tapi emang itu adalah
nama dari seorang cewek yang cantik nan imut. Mungkin sebelumnya udah sempet di
bahas sedikit tentang cewek yang satu ini. Suara sang ratu rumah udah terdengar
tak sabar menunggu sang putri Cinta keluar dari kamarnya. Maklum saja, cewek
yang satu ini nggak cukup beberapa menit bersolek di depan cermin
kesayangannya. Mungkin bisa memakan banyak waktu, hingga banyak waktu yang
terbuang sia-sia. Tomboy sih boleh aja, tapi ini namanya melebihi dosis seorang
wanita normal untuk bersolek. Hahhahaah :D ketawa dikit lah.
“Rebes, Mom.” Satu jawaban singkat yang dilontarkan Cinta,
untuk waktu yang berjam-jam terbuang.
“Udah donk Cin, eke bete nih chin. Liat loe gak
selesai-selesai berhadapan sama eke.” Nada manja ala bancis akhirnya terdengar
juga dari si cermin kesayangannya itu.
“Oke cermin, gue mau berangkat nih.” Cinta membalikkan badan
dan mengambil tas Diesel selempangnya. Lalu berlalu pergi. I’m coming abu-abu .
. . . . . . . .
***
Di sisi dunia lain pun terlihat sesosok makhluk tampan bin
handsome, penghuni salah satu istana di sebuah perumahan Menteng. Dengan gaya
cool and cute, si cowok yang bernama Revan itu menghampiri sang Raja yang sudah
siap setengah jam lalu di depan halaman istana dengan bersandar di mobil sedan
berplat B yang sudah hampir jamuran.
“Oke, Dad. I’m ready.” Si Revan pun langsung menghampiri
ayahnya dengan gagah tak berani, tapi tetap dengan senyuman yang cute itu.
Mobil mereka pun melesat secepat anak panah yang lepas dari busurnya, melewati
celah yang kosong mobi-mobil yang lain.
***
Sebuah Sekolah Menengah Atas di Jakarta yang cukup megah,
telah menanti siswa-siswi yang baru saja berganti abu-abu itu datang. Bel masuk
pun dua menit lagi berdering. Di setiap penjuru kelas yang cukup luas,
anak-anak sudah tak sabar menanti untuk memulai jam pelajaran pertama dimulai.
Dengan semua yang semua serba baru.
Karena saking rajinnya, ada yang sudah menyiapkan alat tulis
di atas meja, seperti tempat pensil bergambar Doraemon; pensil yang bergambar
Berbie; pulpen yang diujung tombaknya ada kepala Micky; dan nggak ketinggalan
perlengkapan makan berbentuk kepala robot serta tempat air minum berwajah Smile
warna biru.
“Eh Sis, elo mau sekolah apa mau camping ? kayak anak TK aja
loe !” teriak salah satu siswa yang penampilannya cukup keren. Siska hanya
diam. “Cin, elo di mana sih?” desis Siska pelan. Maklum aja, cewek yang satu
ini adalah sahabat Cinta waktu SMP dulu. Walau dia agak cupu, tapi Cinta senang
punya teman seperti dia, teman yang terlalu baik untuk tidak diajak berteman.
Teman-teman yang lain masih saja menertawakan keluguan Siska. Dan tak lama
kemudian, bel pun berbunyi. Tiba-tiba di ambang pintu ada dua sosok manusia
yang muncul tiba-tiba. “Morning semua, sorry gue telat.” Suara yang hampir
berbarengan itu mengalihkan semua mata yang sekitar beberapa menit yang lalu
sedang menjuru pada sosok yang agak kuper n cupu. Sekejap saja semua mata
tertuju pada dua pasang mata di ujung pintu kelas. Seluruh pasang mata yang
tadinya menertawakan Siska, sekarang malah berganti haluan.
“Cin, sini !” seru Siska sambil mengayunkan tangannya untuk
memberi aba-aba pada Cinta untuk segera duduk di sebelah bangkunya yang kosong.
Cinta pun mengiyakan.
“Oya Cin, kok loe tadi bisa barengan telat gitu sama tuh
cowok ?” Siska membuka obrolannya, dan ditatapnya Cinta dari arah samping.
“Nggak tahu, takdir kali.” Cinta tak terlalu menanggapi, dia
malah asyik sibuk sendiri.
***
Hari pertama sekolah dilalui dengan baik. Keesokannya akan
ada banyak hal yang akan lebih menanantang.
Di kantin . . .
“Eh Cin ! loe nggak usah kecentilan and kegeeran yach !
mentang-mentang kemarin loe ke ‘gap’ bareng sama Revan.” Pantas aja tuh cowok
jadi langsung tenar ke kakak kelas, secara dia ternyata saingan populer juga
kaya Cinta si cewek yang agak tomboy yang satu ini. Baru ke ‘gap’ kayak kemarin
aja udah seheboh itu. Mulut cewek di depan Cinta udah monyong-monyong lima
centi itu, cuma dicuekin sama Cinta. Siska yang melihat adegan itu Cuma
meringis katakutan di belakang tubuh mungil Cinta. Sedangkan Cinta tak gentar
sedikitpun.
“Eh ! loe bisu apa tuli sih ?” cewek itu makin garang n
panas. Pantes aja omongannya cuma dikacang rebusin abis-abisan sama Cinta.
“kita hajar aja nih cewek !” samber teman Stela, nggak kalah garang dari Stela.
“Eh cewek cupu cengeng ! ngapain loe liat-liat ?!” bentakan
Stela membuat Siska mati kutu. Tapi nggak buat Cinta, dia masih santai dengan
es apel and siomay di hadapannya.
“Oke guys, lebih baik kita seret aja nih cewek cupu. Buat
kita jadiin tumbal. Kita bawa ke kamar mandi dan kita mandiin aja sekalian.
Hahahahahaha.” Cewek and geng-nya itu menyeret Siska dengan sadis sambil
tertawa puas. Anak-anak yang berada tak jauh dari lokasi perkara itu Cuma bisa
diam. Tak ada yang berani sedikitpun sama geng cewek-cewek yang terkenal dengan
tajir, top, and garang itu. Jadi penonton setia adalah cap buat anak-anak hanya
cuma bisa liat adegan-adegan yang diperankan geng itu, tanpa harus jadi pemeran
figura yang Cuma numpang lewat atau sekedarnya nampang wajah yang separuh
terlihat. Sungguh tragis.
Lima langkah cewek and geng-nya itu melewati tubuh mungil
Cinta, akhirnya Cinta pun angkat bicara. “Eh loe !” langkah geng itu pun seraya
berhenti, setelah baru saja ada panggilan alam yang menggoda mereka. “Hmmm,
kita gitu maksud loe ?” tanya sok gak nyadar, diwakilin salah satu personil
geng itu. “Ya loe loe pada ! siapa lagi !” gaya khas betawinya pun keluar juga.
“Berani juga nyali loe yach !” Stela kebawa emosi.
“Loe fikir gue takut sama makhluk macam kalian ?” semakin
dekat langkah Cinta yang menghampiri geng itu.
“Sebelum loe mandiin cewek ini,” Cinta menunjuk Siska yang
makin gemetar nggak keruan, dan “BYURRR . . . !!”
“Gue mandiin loe duluan ! ngerti loe !” es apel Cinta
mendarat tepat ke wajah Stela. Cinta langsung menarik Siska ke sampingnya.
Stela and geng-nya melongo nggak nyangka. Terbengong-bengong ala kucing yang
mau pingsan karna diguyur air. Bedanya ini nggak kabur pas disiram air. Hehe :D
“Satu hal yang loe harus tahu,” Cinta diam sesaat dengan
wajah yang baru aja menampakkan sinis. “kalo loe bermasalah sama gue, loe
hadapin gue satu lawan satu ! dan nggak usah loe bawa-bawa temen gue. Ngerti
loe !” bentakkan ganas Cinta nggak bisa ditolak Stela. Cinta and Siska pun
langsung meninggalkan kantin tanpa memperdulikan Stela yang masih melongo
heran. Semua anak yang masih berada di TKP masih terbengong-bengong melihat
adegan live film gratis tadi. Mereka cukup terhibur, ada pula yang tersenyum
merendahkan Stela and geng-nya. Tapi tidak untuk Stela and geng-nya.
***
Sepatu kets olahraga dengan warna biru sudah terpasang
rapih. Kaus olahraga pun tak kalah matching dengan sepatunya. Dandanannya kali
ini pun lebih sporty. Yang kemarin rambutnya digerai, sekarang dikuncir 1
belakang dengan model jini oh jini beraksesoriskan pita Micky biru. Di tangan
kanannya terbelit gelang Power Balance. Dan Cinta pun siap berangkat dengan
mobil BMW-nya.
***
Tas Alto hitam pun sudah digembloknya. Cowok yang satu ini
pun nggak mau kalah keren dari hari kemarin. Rambutnya yang sengaja dimodel
mohak cepak pun bikin wajahnya semakin keren n cool. Motor pun melesat cepat
dan siap menjilati aspal jalanan yang cukup ramai pagi ini.
***
‘Ciiiiiiiiiittttttt . . . . . . !!’
Decitan rem dua kendaraan pun saling berlomba menerobos
masuk tempat parkir kendaraan. Dua sosok manusia pun muncul. Di sisi kanan
kendaraannya ada si cewek cantik yaitu Cinta. Dan di sisi kiri kendaraannya ada
cowok yang super duper keren n ganteng yaitu Revan. Tak disangka dan tak
diduga,semua orang yang berada tak jauh dari tempat parkir itu menatap dua
sosok yang baru muncul itu. Semua mata tertuju pada kedua-nya, dari pinggir
lapangan, tepi kelas atau pun seluruh penjuru sekolah. Cinta dan Revan berjalan
beriringan. Tak sebersit sedikitpun untuk kedua-nya melirik apalagi melihat
satu sama lain .
***
Di tengah lapangan basket pun sudah ada dua kubu pemain yang
siap bertanding hari ini. Dikubu penantang ada Cinta, Jessica, Amel, Dinda dan
Meta yag mewakili kelas satu. Dan di kubu lawan ada Stela, Angel, Reva, Cindy
dan Vira yang mewakili kelas dua. Kapten dari kedua kubu pun saling berhadapan.
“Loe hati-hati aja, bentar lagi loe akan kalah.” Stela
dengan sinisnya menatap Cinta, sambil memberi jempol terbalik. Cinta tampak
tenang.
“Siapa takut ! lebih baik loe pulang aja deh sekarang !
daripada loe akan kalah telak dan malu.” Cinta tampak tenang dan berjalan
membalikkan badan menuju tim-nya. Setelah lima menit untuk mengatur strategi,
kedua kapten dari kedua kubu pun berdiri di tengah lapangan. Wasit pun meniup
peluit tanda pertandingan dimulai. Yang pertama mendrible bola adalah tim
Stela, saat akan melempar bola ke arah ring lawan, bola pun terpotong oleh
kelincahan Cinta. Cinta pun mendrible bola dengan mulusnya dan masuk ! tim
Cinta sudah unggul di score pertamanya. Tim Stela pun nggak mau kalah telak sama
tim Cinta. Dengan santai Cinta pun kembali mendrible bola dengan
lincahnya.menit pun berlalu berganti jam. Persaingan kali ini sangat ketat,
kedudukan sekarang 4:2. Tim Cinta masih unggul 2 point. Di sela waktu yang
tersisa, kedua kubu semakin ketat mengejar score tertinggi. Dan ini lah puncak
ketegangan para pemain dan penonton, kedua kubu sama-sama kuat. Wasit pun akan
meniupkan peluit tanda pertandingan selesai. Wasit menghitung mundur, 5, 4, 3,
dan dihitungan ke-2, MASUK !! Cinta berhasil memasukkan bola ke arah ring. Dan
akhirnya, ‘prrrriiiiiiitttttt . . . . . . . priiiiiittttt . . . . !!’ peluit
tepat ditiup dihitungan ke-1. Dan akhirnya tim Cinta lah yang memenangkan
pertandingan. Mereka berpelukan kayak Teletubies. Dan tim Stela pun pergi meninggalkan
lapangan dengan wajah ketekuk and kusutnya minta ampun, kayak baju yang belum
disetrika.
***
Kantin mendadak ramai, padahal bel istirahat belum berbunyi.
Siswa-siswi menyerbu semua kedai makanan yang ada di kantin. Diborong dah tuh.
Banyak siswa –siswi kelas satu sampai dengan kelas tiga nongkrong-nongkrong di
tepi lapangan. Tiba-tiba ada panggilan alam yang memperingati Cinta untuk
menjauh dari tempatnya berjalan. Cinta pun mencari asal suara itu dan apa yang
dilihat Cinta ? bola basket melayang tepat ke arahnya. Dengan sigap Cinta
menangkap bola itu dengan gaya khas anak basket yang baru aja menerima umpan
dari rekannya dan dimasukkannya bola itu ke arah ring dan MASUK !! tepukan
tangan yang cukup meriah itu meramaikan pagi yang menjelang siang ini. Cinta
pun melanjutkan langkahnya menuju kantin. Tiba-tiba ada seseorang yang mengejar
Cinta dan menepuk pundaknya.
“Hi !” seru seorang yang tadi menepuk pundaknya. “Nama loe
siapa ? tadi lemparan loe boleh juga.” dilanjut dengan perkenalan awal, sambil
mengulurkan tangan dan tersenyum manis pada cewek tomboy satu ini.
“Gue Cinta. Nama kakak siapa ?” Cinta pun menyambut tangan
yang menjabatnya dengan senyum manis pula.
“Nggak usah panggil kakak, panggil gue Aldo.” Ajegile, masih
ada juga ya cowok yang super duper keren kayak gini di sekolah gue. Cinta
ngobrol sendiri dalam hati and gak lupa gaya melamunnya.
“Hi Cin, ko malah diem ?” lamunan Cinta langsung pecah,
karna keasyikan ngelamunin cowok di depannya.
“Oh, nggak pa-pa kok.” Cinta terpojok dan memerahlah wajah
cantiknya. Kayak tomat yang baru aja masak.
“Oya, loe mau ke kantin kan ? bareng yuk !” ajak Aldo sok
kenal sok dekat. Makin merah aja tuh wajah tomat Cinta, nggak habis fikir
gara-gara dia mau kelempar bola jadi bisa kenal cowok se keren Aldo. Lumayanlah.
***
Perasaan Cinta membludak, kacau dan benar-benar tidak
terkontrol. Dilemparnya tas itu ke atas kasur dan dibaringkannya tubuh mungil
itu ke dermaganya. Fikiran Cinta melayang, menerawang dan memutar-mutar isi
otaknya. Kedua lelaki yang sekarang sedang mencoba mendekatinya, tiba-tiba saja
berjalan-jalan di otaknya. Entah itu Revan ataupun Aldo. Nggak tau gimana
keduanya jadi saling mendekati Cinta. Untuk Revan, mungkin karna memang dia
sekelas dengan Cinta, sedangkan Aldo yang tiba-tiba dikenalnya karna adegan
yang nggak terduga. Karna bola basket itu yang membuatnya jadi kenal dengan
sesosok cowok yang super duper keren itu. Yang jelas, mereka sedang berlomba
untuk mendapatkan hati Cinta. Wajah itu tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam
angan Cinta. Wajah itu terlihat lebih tampan dari pandangan aslinya. Cinta pun
sendiri bingung apa yang terjadi pada dirinya, ia benar-benar pusing tujuh
keliling dunia jalan kaki.
***
“Cin, gue mau ngomong sesuatu sama loe.” Sorot matanya yang
tajam menghinggap serius dan cowok itu pun menarik tangan Cinta.
“Apa-apaan sih loe Van !” Cinta membentak sekaligus kaget
dengan tingkah dan sikap Revan.
“Gue mau ngomong penting sama loe. Gue minta maaf udah buat
loe marah kayak gini. Please, dengaerin gue dulu.” Suara Revan melemah dan kini
tatapannya pun melemah. Anak-anak di sekitar lapangan basket berkerumun
mendekati Revan dan Cinta. Dan membuat sebuah lingkaran yang di tengahnya ada
Revan dan Cinta yang sekarang jadi pusat perhatian.
“Dengerin semua ! gue Revan, sebelumnya gue minta maaf udah
ganggu waktu istrahat loe-loe semua. Di sini, dan di tempat ini, gue mau
nyatain cinta sama seorang cewek. Emang bisa dibilang norak. Gue sendiri juga
nggak nyangka bisa suka sama cewek secepat ini. Tapi gue udah yakin dengan perasaan
gue, dan segala resiko ditolak gue udah siap.” Tiba-tiba Revan duduk merendah
di hadapan Cinta. Cinta bengong tak bisa berkutik.
“Cin, gue suka sama loe, sejak pertama gue liat loe. Loe mau
nggak jadi cewek gue ?” Dor !! tembakan sudah tepat sasaran.
“Gue . . . gue . . .” Cinta terbata-bata.
“Gue tahu Cin, ada cowok lain yang menyukai loe juga. Dan
loe juga menyukainya. Dia kan ?” Revan menunjuk Aldo sinis, yang baru saja tiba
di TKP.
“Revan !” bentak Cinta seketika.
“Oke, oke. Gue ngerti. Sekarang loe pilih gue atau dia ?”
Revan melemah.
“Sebelumnya gue terimakasih sama loe Van. Gue nggak nyangka
aja loe berani nembak gue langsung di hadapan teman-teman gue. Oya, buat Aldo,
makasih loe dah baik banget sama gue.” Cinta memandang Aldo. Aldo pun tersenyum
mendengar ucapan Cinta.
“ dan buat Revan, jujur aja gue rada stres deket sama loe.
Yang akhirnya membuat gue bermusuhan sama Stela and geng-nya sampe bikin gue
ribut di kantin. Itu karna loe. Dan Cuma gara-gara salah paham gini, temen gue
jadi ikut-ikutan apes karna loe. Tapi setelah beberapa hari gue berfikir
tentang perasaan gue, gue udah pastiin kalau gue suka . . . . . Aldo.” Jelegar
! petir menyambar hati Revan. Aldo yang sedari tadi melihat adegan itu,
tersenyum puas dan merasa menang.
“Oke, gue terima keputusan loe. Makasih.” Revan sangat kacau
dan beralalu pergi.
“Tapi gue lebih mencintai loe Van ! lebih-lebih dari
perasaan gue ke Aldo.” Cinta berteriak dan menghampiri Revan. Langkah Revan
terhenti.
“Apa Cin ?” Revan tak percaya dengan apa yang barusan
didengarnya.
“Gue lebih mencintai loe Van, gue . . . . . . . gue mau
banget jadi pacar loe.” Cinta mengulang ucapannya. Revan pun tersenyum senang.
Seluruh anak di lapangan basket itu bertepuk tangan gembira, menyambut jawaban
Cinta untuk menerima Revan.
“Makasih Cin, gue seneng dengernya.” “Oke. Nih gue tantang
loe main basket satu lawan satu. Siapa yang kalah, harus mentraktir seluruh
anak satu sekolahan. Gimana ?” tantang Revan yakin.
“Oke. Siapa takut !” Cinta dipeluk Revan dengan mesra dan
anak-anak yang lain pun ikut berpelukan kayak teletubies.
“Yeeaaahhhhh . . . . . . . . . . . . .” seruan berbarengan
seluruh siswa. Aldo dan Stela pun pergi meninggalkan lapangan dengan hati yang
teramat sakit dan kecewa.
***
“Kat ! Kat ! Ending yang bagus. Saatnya bilang ‘SEM PUR
NA’.” Suara Sutradara memecah gembira di tengah-tengah kegembiraan para pemain
cerpen ‘KISAH CINTA ABU-ABU’. Semua berpelukan tanda gembira.
Oleh :
Alif Fanny Wulandari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar