Rabu, 24 Oktober 2012

MY LAST LOVE


“ Bu, Hendra akan melamarku malam ini dan kami akan bertemu di taman kota, tempat dimana pertama kali bertemu..” kata Angel pada ibunya.

“ Bagaimana kamu yakin nak?”

“ Tentu saja aku yakin, sebab kami sudah merencanakan itu, dan Hendra bilang malam ini iya akan melamarku..”

“ Kalau begitu lekaslah kamu pergi dan berganti pakaian terbaikmu..”

Angel bergembira malam yang ia tunggu selama mereka berpacaran lebih dari 3 tahun kini menjadi akhir dari kisah cinta mereka.

Tentang Martin.

Martin berumur 25 tahun. Pria playboy dan terlahir dari keluarga jutawan.Jam menunjukan pukul 7 malam. Tiba-tiba pintu kamarnya terdengar ketukan. Martin sedang tertidur, ia bangun dan membuka pintu dengan wajah kesel. Seorang aju dan ayahnya terlihat didepan pintu.

“ Kenapa sih? Ganggu orang tidur aja..!!!”

“ Maaf tuan, Ayah anda sudah menunggu di ruang tamu untuk makan malam keluarga.”

“ Bilang padanya, aku ada dibawah sebentar lagi..” Kata Martin tidak melawan.

Ajudan itu pergi, Martin merapikan mukanya yang kusut karena semalam ia baru saja pergi dugem dan pulang pukul 7pagi, setelah rapi ia pun langsung ke bawah menemui ayahnya di meja makan. Bersama ibu dan adiknya Sheila.Ia duduk begitu saja.

“ Begini cara kamu membesarkan anakmu? Pagi jadi malam, malam jadi pagi. “ kata ayah ketus.

“ Sudahlah pak, Martin ayo makan.”

Dengan setengah hati martin makan. Tapi baru mencicipi sedikit sarapan. Ia sudah menghilang dengan wajah kesel ayahnya. Martin pergi dengan mobil BMWnya menelusuri jalan yang sudah penuh dengan lampu warna warni. Kota ini akan merayakan natal dalam waktu beberapa hari lagi.Ia hanya berujar dalam hati.

“ Ayahku kaya, untuk apa berkerja. Tujuh turunan pun tidak akan pernah habis.”

Seorang gadis menelepon padanya. Tampaknya gadis itu adalah incarannya untuk malam ini, Mereka tampak asyik sibuk berbicara bersamaan, DIitengah jalan.

Kembali ke Angel.

Ibunya sudah berdiri di depan pintu. Angel menyalakan motor vespanya. Lengkap dengan pakaian terbaiknya.

“ Aku pergi dulu ya..”

“ Kenapa tidak kamu minta di jemput saja.” Tanya ibunya.

“ Tidak apa bu, Hendra langsung pulang kerja. Kan nanti kena macet. Lagi pula aku ingin pergi masing-masing saja. Jadi bertemu disana.”

“ Ya, sudah nak. Hati hati ya.”

Angel pun melaju motornya sambil membayangkan apa yang akan terjadi dalam hari terindahnya.

Kembali ke Martin.

Martin tampak tertawa, gadis itu membiuskan kata-kata indah di telinganya. Ia selalu ingat jika ia bisa memberikan apapun yang diinginkan oleh gadis yang menyukainya, ia rela memberikan uang , permata ataupun emas yang diingkan. Saat ia berjalan, ia tidak menyadari lampu merah diatasnya. sebuah vespa yang melaju di lampu hijau. Martin terkejut, mobilnya melaju. Menabrak vespa itu hingga terpental. 10 meter jauhnya. Yang ia ingat, seorang gadis terkujur kaku dijalan. Hatinya risau, apakah ia harus melihat korban itu. Atau melarikan diri, tapi ia tau. Bila ia mendekat, maka ia akan membuat masalah dengan dirinya sendiri diantara kerumunan orang yang mulai mendekati korban.

Ia pun memutuskan satu kenyataan— lari dari kejadian itu.

Tentang Hendra.

Ia menunggu tanpa adanya kejelasan ditaman. Hatinya cemas, ia mencoba menelepon Angel berulang-ulang tapi sama sekali tidak diangkat. Satu jam berlalu, hatinya mulai cemas. Ia berpikir, Angel menolak dirinya. Hingga ia menelepon terakhir kali dan mendapatkan suara asing, suara seorang pria yang mengatakan kalau gadis yang memiliki hendphone itu. Sedang dirawat dalam ruangan unit darurat. Ia langsung menuju rumah sakit, menyimpan cincin tunangan untuk Angel. Saat ia tiba, ibu Angel tampak berdiri dengan tangisan khawatir.

Kembali ke Martin.

Ia mulai sadar, banyak saksi yang melihatnya dengan nomor mobilnya. Ia ceritakan masalah ini kepada ayahnya. Ayah meminta ia bertanggung jawab, tapi ibunya menolak. Ia sadar putranya bisa berada di penjara bila ia menyerahkan diri. Uang tidak berarti bagi putranya untuk lepas dari Penjara. Satu keputusan saat itu juga. Martin harus pergi keluar negeri. Melarikan diri dan membuat alibi dengan orang lain yang berada di mobil, dengan uang ayahnya bisa membayar orang lain untuk berpura-pura mengaku melakukan perbuatan yang tidak ia lakukan.

Natal terlewatkan dengan masalah diantara ketiganya. Hendra bersedih dengan keadaan kekasihnya. Angel tidak pernah tau keadaanya, Martin melarikan diri dengan rasa gundah dan bersalah.

2 bulan berlalu.

Angel masih berada di rumah sakit. Ia mulai sadar, tapi kakinya telah dinyatakan hilang. Ia harus mengalami kelumpuhan di kedua kakinya. Hendra menemani kekasihnya. Memberikan dukungan batin dan kekuatan yang tidak bisa Angel bayangkan untuk hidup. Angel pun berusaha menerima kenyataan kini ia cacat.

Martin berada di Australia menghabiskan waktunya dengan minum dan minum untuk melepas kegelisahan hatinya.

6 bulan berlalu.

Angel berdiri untuk pertama kalinya dari kursi roda. Hendra menopang kakinya untuk berjalan. Walaupun merasa berat di hatinya. Ia sadar ia tidak akan pernah menjadi normal.

Martin semakin gelisah, ia ingin pulang. Ibunya bilang padanya tunggulah hingga 6 bulan ke depan. Hanya satu yang ingin ia tanyakan

“ Ibu bagaimana keadaan korban yang aku tabrak?”

“ Dia tidak mati, ia masih hidup.”

“ Syukurlah, tapi aku tetap ingin tau.”

“ Kamu akan tau kelak bila kamu pulang, lebih baik kamu tetap disana hingga kasus ini ditutup.”

1 tahun berlalu.

Angel mulai bisa berjalan dengan menggerakan kursi roda lewat tangannya. Hendra mengajaknya untuk bertemu orang tuanya. Apa yang ia dapatkan saat ia sedang duduk di sofa ruang tamu. Tanpa sengaja ia mendengar apa yang ibu Hendra katakan.

“ Ibu tidak ingin punya menantu lumpuh dan cacat seperti itu.”

“ Ibu kenapa bilang begitu, bagaimanapun dia adalah Angel yang sama, sama seperti saat aku membawanya pertama kali.”

“ Berbeda. Ia gadis cacat.. bukan gadis cantik yang dulu kamu bawah.”

Keduanya bicara, dan Angel mendengar. Ketika mereka sadar. Angel telah mengatakan satu hal yang begitu berat untuknya.

“ Maafkan aku, mulai saat ini aku akan melepaskan Hendra untuk selamanya.”

Hendra berusaha untuk tetap bertahan, tapi akhirnya ia pun menerima keputusan Angel.



Martin telah kembali setelah ia mendapatkan kepastian kalau kasusnya telah kelar dengan orag lain yang bersedia mengantikan dirinya di penjara.

***

Angel mencoba untuk bekerja normal. Ia tidak akan ditolak di kantor lamanya, tapi dengan kaki yang pincang dan terkadang harus mengunakan kursi roda. Ia merasa seperti seorang yang tak berguna, hanya bisa merepotkan siapapun. Ketika ingin naik escalator ataupun menaikin tangga semuanya terasa berat. Setiap malam ia hanya bisa menangis, melihat keadaanya, ibunya menyadari keadaan putrinya, hatinya pun perih tapi hanya bisa berharap tuhan memberikan kekuatan untuk anak semata wayangnya setelah ayah Angel meningal.

Martin berhasil mendapatkan apa yang ia ingin tau, tentang korban yang selalu membayangin dirinya. Dan sumber informasinya mengatakan tentang gadis itu. Ia mendapatkan kantor Angel. Ia segera menuju kantor itu yang ternyata merupakan bagian dari perusahaan ayahnya. Saat itu ia melihat Angel tampak berusaha menaiki tangga. Hatinya tergerak untuk mendekat. Membantu mendorong kursi rodanya.

“ Terima kasih..” Kata Angel padanya.

Martin terdiam, hatinya begitu pilu melihat Angel begitu cantik tapi jadi cacat karenanya.

“ Tidak masalah.”

“ Kamu kerja dikantor ini lantai berapa?”

“ Lantai 3.”

“ Kamu?” Tanya Angel balik.

Martin bingung menjawab pertanyaan Angel, ia tidak pernah berkerja hingga akhirnya ia mengarang sebuah kisah.

“ Aku baru kerja disini, di lantai dua,”

“ Oh ya..:”

“ Andai saja aku di lantai satu, pasti aku ga perlu repotin orang hehehe. Jadi ga enak hati..” kata Angel.

Meraka tiba di eskalator. Sekali lagi Angel mencucapkan terima kasih pada pria itu.Martin pulang saayt itu pula dengan wajah bersedih. Ia ingin menangis melihat dosa yang ia lakukan pada Angel. Ia pulang kerumah ayahnya dan meminta perkerjaan di kantor itu. Ayahnya begitu heran dengan sikap putranya tapi menerima keputusan Martin. Ia langsung menjadi direktu dalam perusahaan itu. Dalam satu hari ia memutusan untuk memindahkan kantor dimana Angel bekerja dari lantai 3 ke 1. Setiap harinya ia selalu memandangin Angel saat ia bisa, ia tak pernah mengalami satu keadaan yang begtu sulit dalam hidupnya. Ia memutuskan untuk mendekati Angel, mencoba untuk mengatakan satu kejujuran yang tak bisa ia ucapkan saat ini. Tentang hal yang membuat Angel menjadi seperti saat ini.

Dari hari ke hari, mereka semakin dekat. Martin membuat banyak kemudahan di kantor untuk Angel agar bisa mengunakan kursi rodanya secara bebas. Ia makan bersama Angel di kantin yang tidak pernah ia jamah sebelumnya. Mengenang sosok Angel yang berhati mulia, sosok yang rendah hati dan menerima kenyataan hidupnya sebagai gadis cacat.Suatu hari karena bosan, Martin mengajak Angel untuk makan di luar.

“ Makan denganku di luar? Tidak salah kamu kan direktur disini?”

“ Emangnya direktur tidak boleh makan bersama kamu.”

“ Bukan begitu, aku hanya takut merepotkan direktur bila jalan bersamaku. Kota ini tidak ramah dengan kursi roda, aku tidak ingin merepotkan direktur bila jalan bersamaku hingga harus mendorong kursi ini.”

“ Tenang saja, ayo katakan apa yang ingin kamu makan, ini perintah dari Direktur jangan pernah menolak!!”

“ Baiklah. Aku ingin makan Sushi Tei, sungguh aku sudah lama tidak pernah makan disana.”

“ Kalau begitu ayo kita makan.”

Mendengar Angel ingin makan sushi tei, Martin langsung meminta ajudan ayahnya untuk membooking semua kursi yang ada di restorant itu hanya untuk mereka. Ketika Angel tiba di sushi tei, ia terkejut melihat restorant itu hanya ada mereka berdua. Ia hanya mendengar kata terakhir Martin.

“ Makanlah semua yang kamu inginkan..”

Mereka pun makan dengan lahap. Martin begitu menikmati keadaanya bersama Angel, hingga mereka menyadari kalau natal akan datang dalam beberapa minggu lagi.

“ Kalau natal nanti, apa yang kamu inginkan Angel.”

“ Aku kalau natal selalu meminta banyak hal, tapi sayangnya tidak pernah terjadi tuh. “

“ Kalau begitu katakan lah, aku ingin tau..”

“ Sungguh kamu ingin tau?”

“ Tentu saja aku ingin tau.. ayolah sebutkan.”

“ Aku ingin bisa berjalan lagi..”

Hendra tertegun, hatinya miris dan wajahnya menunduk.Tadinya ia berpikir ingin memberikah hadiah kepada Angel, apapun yang Angel inginkan. Kini mendengar permintaan sulit itu, ia bersedih.

“ Adakah hal lain yang bisa kamu katakan selain itu,?”

“ Tidak ada, aku tidak ingin meminta soalnya. Kamu tahu tahun lalu ketika aku sudah meminta eh tiba-tiba malah ga pernah terjadi..”

“ Kalau boleh tau, kamu tahun lalu minta apa?”

Angel tertunduk, ia sadar natal tahun lalu begitu kelabu, ia meminta Hendra meminangnya dan semua benar-benar gagal.

“ Aku tidak bisa katakan, itu sudah menjadi masa lalu, kalau kamu? Katakan dong apa yang kamu mau?”

Martin mendekat kepada Angel, matanya tampak serius.

“ Aku tidak ingin apa-apa selain hanya bisa melihatmu tersenyum. Itu cukup buatku.”

Angel pun tertawa. Mereka melewatkan makan siang itu begitu gembiranya. Setelah makan siang, Angel turun ke loby. Saat itu Martin hendak menggendong tubuh Angel mobil. Tanpa sengaja Angel melihat Hendra sedang bersama wanita lain melewati mereka. Angel terdiam melihat mantan kekasihnya, Begitu pun Hendra. Hanya Martin dan kekasih Hendra yang tak mengerti apa yang membuat keduanya saling bertatapan.

Hendra pun berjalan dan masuk ke mobil. Angel melihat Hendra pergi darinya. Ketika ia di mobil, ia menangis. Martin begitu bingung. Dan bertanya apa yang terjadi. Angel pun mengatakan satu hal tentang natal tahun lalu dan harapannya.

“ Aku ingin menikah, tapi kekasihku tidak bisa karena aku sudah menjadi cacat..”

Martin hanya terdiam, hatinya semakin tak berdaya.

****

Natal telah tiba, Martin mulai mengerti satu alasannya untuk menjadi seorang pria pada utuhnya. Ia memberikan hadiah kepada Angel, sebuah hadiah yang mungkin terlalu berharga untuk Angel. Sebuah kalung berlian di leher Angel. Martin menyadari satu hal, ia mulai mencintai Angel. Ada yang harus ia katakan di acara makan malam natal bersama mereka. Di atas meja makan dengan lilin merah menyala, Martin menyatakan cinta kepada Angel.

“ Apakah kamu yakin ingin menjadi kekasih dari seorang gadis cacat sepertiku?

“ Aku berjanji dalam hatiku dan atas nama Tuhan kalau, aku bersungguh-sungguh ingin menjadi bagian dalam hidupmu Angel, apapun yang terjadi dengan keadaanmu, kamu adalah gadis yang kuinginkan dalam hidupku, sekarang dan selamanya.”

Kalimat itu membuat Angel begitu bahagia, walaupun ia ragu pada awalnya. Pada akhirnya Martin benar-benar membuktikan satu hal kepada Angel. Ia benar-benar mencintai gadis itu.Mereka pun berpacaran secara resmi. Keluarga Martin yang tidak pernah melihat Martin demikian berubahnya dalam hidup menyambut kegembiraan putranya begitu bahagia.Suatu ketika dimalam hari, Angel merasakan kuasa Tuhan, tiba-tiba jari kakinya mampu bergerak. Ia mulai menyadari satu hal, kalau ia mulai bisa merasakan kakinya kembali setela lama lumpuh tanpa bergerak.

Martin tidak pernah mengerti. Mengapa tubuhnya semakin lama semakin lemas. Hingga akhirnya ia jatuh sakit. Ia terdampar di rumah sakit. Angel datang dan membuat keluarga martin begitu terkejut.

“ Siapa dia ?” Tanya ibu Martin pada Martin yang terbaring ketika Angel bersamanya.

“ Ini kekasihku bu..”

Keluarga Martin terdiam. Ia tidak pernah meyangka kalau anaknya punya pacar yang cacat. Semua bisa menebak kalau tentu saja keluarga martin tidak pernah bisa menerima hubungan mereka. Tapi Martin tidak peduli. Saat itu, setelah kelua dari rumah sakit. Ia benar-benar mendapatka hadiah terburuk dalam hidupnya. Martin positif HIV. Sebuah kenyataan yang begitu pahit dalam hidupnya, ntah gadis mana yang ia tidurin dan menularkan penyakit itu padanya.

Ia paham hidupnya seperti kiamat. Tapi dalam kesempatan itu, ia terus berjuang untuk hidup. Angel mengatakan pada Martin kalau kakinya mulai bisa bergerak. Martin melihat itu sebagai keajaiban, ia pun pergi memeriksa keadaan kaki Angel dan dokter mengatakan kemungkian sembuh normal adalah 20 persen. Berita yang indah untuk Angel, tapi sayangnya dokter mengatan harus segera dilakukan operasi untuk membuat kakinya menjadi normal karena ada beberapa bagian urat pada kaki angel yang harus di ganti.

Martin memutuskan untuk membawa Angel ke rumah sakit terbaik di dunia. Angel menolak pada awalnya tapi inilah yang terjadi di malam sebelum itu semua terjadi.

“ Angel, aku selalu ingat keinginan kamu di hari natal. Kamu ingin berjalan. Tuhan telah mendengarkan impianmu itu, sekaranglah jalanmu. Kamu harus ikut aku pergi. Lakukan ini untuk kebahagiaanmu, jangan pikirkan biayanya karena aku bisa membantu.”

“ Tapi kamu terlalu baik untukku, aku tidak ingin berhutang budi.”

“ Kamu tau, aku punya keinginan permintaan natal juga. Kamu ingin tau?” jelas Martin.

“ OK katakan.”

“ Aku ingin kelak meihat kamu berjalan dan aku bisa bahagia bersamamu setelah itu dan..?”

“ Dan apa?”

“ Akan kukatakan kalau kamu sudah mau ikut aku ke untuk menyembuhkan kakimu,”

“ Baiklah..”

Mereka pun berangkat. 3 bulan sebelum natal. Operasi berjala dengan baik, tapi keadaan martin yang terlalu lelah membuatnya semakin buruk.Tapi lelahnya itu dibayar dengan semangat angel yang ingin sembuh dan berjala di saat natal. Semua terjadi, semua yang dilakukan dokter berhasil. Angel pun sembuh, ia mulai bisa berjalan dengan perlahan. Martin yang setia menjaganya selalu ada disampingnya.;

Hingga natal pun tiba. Angel berdua dengan martin. Di sebuah tempat yang indah., wajah martn begitu pucat. Martin pun meneruskan apa yang hendak ia katakan kepada Angel sesaat sebelum Angel di operasi.

“ aku sudah maafkan kamu sejak kita bertemu..?” kata Angel yang membuat Martin bingung.

“ Kamu maafkan untuk apa?”

“ Kamu tidak perlu katakana apapun, aku sudah memaafkan dan mencintai kamu dengan setulus hatiku.”

“ Angel, bagaimana kamu bisa tau?”

“ Aku tidak akan pernah lupa kejadian itu, sesaat sebelum kejadian itu aku melihatmu. Walau samar-samar aku bisa tau itu kamu.”

“ Aku benar-benar menyesal Angel, maafkan aku..”

“ Lupakan semuanya Martin. Aku selalu menerima keadaan ini sebagai takdir.”

“ Angel ada satu hal lagi yang ingin kamu tau..”

“ Katakan Martin?”

“ Aku positif HIV..”

Angel terdiam. Dan ia mengatakan satu hal untuk martin.

“ Ketika kamu melihatku sebagai gadis cacat, kamu tidak pernah merasa malu ataupun merasa takut bila aku merepotkan kamu. Aku begitu tersentuh, setiap manusia memiliki sisi yang tak bisa ia hindarkan tentang ketakutan akan petaka. Tapi kamu berbeda Martin, kamu menyadarkan aku untuk kuat, oleh karena itu, walaupun kamu menderita HIV, kini saatnya aku melakukab hal yang sama!”

“ Kenapa kamu mau? Kamu tidak takut padaku.”

“ Karena inilah takdir kita, apapun yang terjadi dengan keadaanmu. Kamu adalah bagian dalam hidupku yang akan selalu ada. Aku akan selalu ada disampingmu..”



Martin dan Angel menikah beberapa bulan kemudian. Setahun kemudian Angel sudah bisa berjalan tanpa tongkat, dua tahun kemudian. Mereka melahirkan anak dengan ajaibnya normal tanpa penyakit apapun. Tiga tahun kemudian di natal 2009., Martin meninggal karena penyakitnya.



Seperti kata Angel

“ Bagaimanapun keadaan kita dan siapapun yang memiliki keadaan sulit, janganlah merasa kamu akan sulit karenanya. Karena kita tidak bisa memilih apapun dalam hidup kita, selain bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan di masa lalu. Tapi percayalah masa depan akan indah bila kita beusaha untuk menerima keadaan kita.”

Kupersembahkan kisah ini untuk semua penderita AIDS di dunia, percayalah kalian adalah makluk tuhan yang paling bahagia dengan keadaan apapun.

Untuk sahabatku yang telah pergi dengan keadaan sama, aku merindukanmu.

Agnes davonar

aku tidak akan mungkin membalas perasaanmu. Maaf”


Semua bermula ketika mataku menangkap bayanganmu, ntah kenapa walaupun belum mengenalmu, aku merasa tertarik padamu. Sejak itu sorot mataku tak pernah lepas dari bayangmu. Semua yang kau lakukan selalu tertangkap oleh mataku. Sampai saat aku sadar, bahwa kau memperhatikan seseorang, seorang wanita yang mungkin kau cintai.

 
Ntah apa yang terjadi, aku memberanikan diri bertanya padamu. Kau diam dan berusaha menentang pertanyaanku. Tapi aku tau dari raut merah wajahmu, mengatakan bahwa dia benar-benar wanita istimewa dihatimu.
 
Melihat itu semua, aku hanya bisa tersenyum. Aku kira semua sudah berakhir, aku tinggal mundur perlahan. Tetapi kamu malah meminta bantuanku untuk memberikan masukan, agar dia bisa jatuh hati padamu. Dan dengan bodohnya aku berkata “ya”.
 
Sejak saat itu, hubunganku denganmu semakin dekat. Aku sampai berpikir, bahwa aku mengetahui suatu rahasia yang hanya diketahui antara kita berdua. Sedikit demi sedikit rasa tertarikku padamu berkembang menjadi cinta. Rasa cintaku tumbuh tanpa meminta izin terlebih dahulu padamu.
 
Tapi aku sama sekali tidak ingin menyampaikannya padamu. Karena detik-detik yang kita habiskan bersama sudah lebih dari cukup. Lagipula aku tau diri, kita bersama karena ada “dia” diantara kita.
 
Mungkin sudah tiba saatnya, kau memberanikan diri untuk mendekatinya. Membuat waktu yang kita habiskan berdua semakin sempit, tidak apa. Aku sudah bertekad untuk mendukungmu.
 
Semakin hari kau semakin tergila-gila padanya. Mungkin karna kamu sudah lebih mengenalnya. Ada sedikit rasa cemburu. Tapi tidak akan ku biarkan cemburu itu berubah menjadi batu penghancur persahabatan kita.
 
Hari ini kau menghubungiku, sedikit bahagia, karena sudah lama aku tidak melihat namamu di layar ponselku. Kau berkata ada sesuatu yang ingin kau sampaikan. Tentu saja aku tau pasti tentang “dia”.
 
Tepat seperti dugaanku, “dia”. Katamu, besok kau akan mengungkapkan perasaanmu padanya. Hanya saja, ada sedikit keraguan dan ketakutan akan kemungkinan yang terjadi, diterima atau ditolak? Aku berusaha untuk tetap tenang. Satu satunya kata yang terbersit dikepalaku hanyalah, senyuman.
 
Dengan senyuman aku berkata, “Tenang, aku memang tidak  bisa banyak membantu, hanya saja jika kamu merasakan ketakutan saat menyatakan cintamu, aku pasti akan memberikan seluruh keberanianku padamu, tutup matamu dan coba ungkapkan padanya. Aku yakin keberanianku pasti akan tersampaikan padamu.” Setelah mendengar kata kataku dia tertawa dan memelukku. Mungkin itu bukan apa-apa untuknya, tapi tidak bagiku.
 
Tampangmu tidak buruk, kamu juga pintar. Ntah kenapa aku yakin dia pasti menerimamu. Tapi apapun jawabannya aku hanya bisa menunggu.
 
Hari itupun tiba, ponselku berdering, namamu tertera dengan indah dilayar ponselku. Aku menyiapkan diri untuk semuanya. Aku menekan tombol terima panggilan. Terdengar nada bahagia yang mengatakan “happy ending”.
 
Tanpa sadar, aku mengatakan “maaf jika aku akan membuatmu bimbang, tapi aku hanya ingin mengatakan perasaan yang harus disampaikan. Aku mencintaimu, walaupun tau aku akan ditolak. Aku tetap mencintaimu. Selamat, semoga kau bahagia bersamanya.” Aku menutup telepon secara sepihak.
 
Sadar bahwa aku tidak akan mengangkat teleponmu, kamu mengirimi pesan singkat yang berisi, “aku sedikit terkejut dengan perasaanmu padaku, tapi aku tidak akan mungkin membalas perasaanmu. Maaf”

Kamis, 18 Oktober 2012

KETIKA HATI HARUS MEMILIH


              Rasa bersalah dan penyesalan terhadapmu masih saja menghantuiku. Sedetikpun aku tak kuasa menghilangkan bayangan-bayanganmu, dan itu sangat menggangguku. Mungkin inilah karma yang aku dapatkan setelah aku melakukan kesalahan terbesar kepadamu. Kesalahan yang seharusnya tidak aku lakukan. Kesalahan yang merubah seluruh alur kehidupanku.
               Yaaa, hidupku berubah sejak saat itu. Sejak aku menyadari aku telah mensia-siakan seseorang yang sangat mencintaiku. Tapi, inilah hidup dan aku harus terus menjalaninya walau seberat apapun. Aku harus terus berjalan.
*****

Aku Titania Putri. Siswi salah satu SMA terkenal di kotaku tercinta Malang. Kota yang sejuk dan terkenal dengan apelnya. Ada yang bilang juga, Malang adalah kotanya para pelajar. Kota yang damai dan sangat nyaman. Yaa, hidupku memang bisa di bilang sempurna menurut versiku, aku memiliki orang tua yang sangat mengerti aku, teman-teman yang baik, dan seorang kekasih yang sangat menyayangiku, Vino. Meskipun banyak teman yang bilang cowokku ini adalah cowok cupu, but I think he is a perfect boy. 
               “ Morning, Princess ? Udah siap berangkat ? “ sapa Vino pagi itu, saat dia menjemputku untuk pergi ke sekolah bersama.
               “ Morning too, My Price. “ balasku dengan senyuman tak kalah indahnya.
               Setiap pagi aku di jemput oleh Vino untuk berangkat sekolah bersama, karena memang kita satu sekolah. Vino adalah cowok yang sangat pengertian dan sabar, dia selalu bisa membuatku merasa nyaman bila dekat dengannya, Vino juga sangat menyayangiku, aku tau itu, karena dia selalu berusaha menjagaku. Selama kurang lebih 1 tahun kami pacaran, kita jarang sekali bertengkar, jika memang aku lagi bête dia selalu bisa menghiburku, jika ada masalah dia juga selalu bisa menyelesaikannya dengan kepala dingin, tidak seperti aku yang susah mengendalikan emosi. Dia juga pintar, di sekolah Vino adalah salah satu siswa yang cerdas. Kadang aku minder jika melihat dia bisa dengan mudahnya menyelesaikan soal yang aku anggap sangat sulit. Tapi sayangnya, banyak orang yang memandang Vino sangat cupu, mungkin karena dia memang tidak bergaul dengan orang-orang popular di sekolah, dia juga bukan cowok yang fashionable. Tapi, dia tetap yang terbaik buat aku.

*****
               “ Tit, ntar malem dateng kan ke partynya Vega ? “ Tanya Anissa padaku saat aku baru saja masuk kelas.
               “ Liat ntar ya, Niss. Aku gak tau soalnya Vino bisa apa gak. “
               “ Sekali-sekali gak usah sama Vino gak papa kali, Tit. Lagian Vino juga gak mungkin bisa, kan di pikiran dia belajar melulu isinya. “
               “ Iya kan emang itu yang lebih penting. Aku belajar bareng Vino ajalah, Niss. Maaf yaa. “
               “ Ahh… Gak asik nih. Kamu sih, Tit. Pake pacaran sama si kutu buku itu. Ya udah deh terserah kamu. “ kata Anissa kesal
               “ Maaf deh, Niss. Lain kali aku janji bakal ikut acara kamu deh. “
               Anissa adalah sahabatku dari SMP. Dari kita kenal sampai saat ini kita baru sekali gak sependapat. Pendapat kita selalu beda tentang Vino, Anissa selalu menganggap aku salah memutuskan untuk jadian dengan Vino, karena menurut dia Vino itu kutu buku yang ngebosenin banget dan gaya dia juga sangat biasa aja. Tapi bagaimanapun Vino tetap yang teristimewa menurutku.
               “ Tita, bagi PR matematikanya dong. Kamu pasti udah selese kan ? “ kata Anissa sambil nyengir kuda.
               “ Yee… Dasar ! Baru aja sewot ke aku sekarang malah mau nyontek PR. Kalo aku yoo malu toh, Niss “ kataku pada Anissa, memang aku dengan Nissa gak bisa lama-lama sewot-sewotan gini. Hehehe :D
               “ Hehehehe. Udah deh buruan, sepuluh menit lagi udah bell, aku tak buru-buru nyontek PR kamu “
               Jam pertama hari ini adalah Matematika, satu dari seabrek pelajaran yang membuat kepalaku hampir pecah. Tapi untung saja aku punya cowok pinter, jadi setidaknya bebanku di beberapa mata pelajaran itu sedikit berkurang sejak aku jalan dengannya. Baru kali ini aku pacaran dengan seseorang dan dia bisa bikin nilai aku terangkat. Sambil menyelam minum air lah, ya pacaran, ya belajar. Bisa ngirit juga, karena gak perlu bayar guru private lagi. Hehehehe :p

*****
               Malam ini Vino datang ke rumahku. Karena aku besok ada ulangan fisika, dia sengaja aku ajak belajar bersama. Meskipun kita sebenernya gak satu kelas sih. Selama pacaran dengan dia memang acara nge-date kita selalu identik dengan belajar bareng, beda banget sama yang lain.
               “ Sayang, hafalin dulu dong Hukum-hukum newtonnya. Kalo kamunya hafal, soal-soal ini pasti gampang kok. “
               “ Iya-iya. “
               “ Kalo kamu gak hafal soal-soal itu gak bakalan bisa kamu kerjain, karena dasarnya ada di situ. “ kata Vino bak seorang guru.
               “ Iya-ya, bawel “ jawabku sedikit sewot.
               “ Sayang. “
               “ Apa lagi sih ? Katanya di suruh ngafalin, tapi kamunya ganggu terus. “
               Saat aku menoleh ke arahnya, ku lihat Vino menatap mataku tajam. Jujur, aku sampai berkeringat di tatap seperti itu. Selama kita jalan, baru kali ini Vino memandangku seperti itu, apa ada yang salah dari aku ? Aku rasa tidak. Wajahnya semakin mendekat ke wajahku, apa dia akan… Ahh, aku tak tau, yang jelas saat ini aku gugup sekali. Semakin lama wajah Vino semakin mendekat, dan…
               “ Love You, Tita. I will always love you. “
               Haaa…. Rasanya aku pengen teriak sekenceng-kencengnya. Dasar Vino, aku udah hampir pingsan di tatap seperti itu, ternyata dia cuma nyium keningku dan ngomong gitu. Huft
               But, I’m soo happy, cara dia kali ini romantis banget menurutku, baru kali ini Vino seperti itu padaku. Karena emang dasarnya dia bukan cowok romantis, jadi dengan seperti itu saja udah luar biasa banget. Hehehehehe :D
               “ Love you too, Honey. I believe you. “ balasku padanya setelah terbengong-bengong sebentar.
               “ Udah deh lanjut lagi hafalanya. “
               Malam ini lumayan istimewa buat aku, Vino udah lumayan romantic. Hehehehehe
               Emang norak sih, tapi memang baru kali ini Vino seperti itu, jadi wajarkan kalo aku ngerasa itu istimewa. Tatapan dia tapi indah banget, keliatan banget ketulusan dia saat itu. Jujur, itu membuat aku semakin sayang sama dia. 

*****
               “ Sayaaang, aku lolos. “ kata Vino mengagetkanku seraya memelukku.
               “ Lolos apa sih, sayang ? “ aku benar-benar kaget saat itu, karena Vino tiba-tiba datang dan memelukku, gak biasanya dia seperti ini. Lebih-lebih kalo di sekolah.
               “ Aku masuk nominasi siswa yang mau dapet beasiswa kuliah di Oxford Univesity. Itu udah aku cita-citain dari dulu, sayang. “
               “ Serius ? Selamat ya sayang, aku ikut seneng. “
               “ Makasih ya, sayang. Tapi, aku harus lolos satu seleksi lagi buat bisa bener-bener dapetin beasiswa itu. Harus makin serius belajar nih, sayang. “
               “ Iya aku tau, aku dukung kamu terus kok, sayang. Ehh, pulang yuk. Keburu ujan nih. “
               Kamipun berjalan menuju parkiran. Hari ini senyum Vino tak pernah hilang, aku tau hari ini sangat istimewa buat dia. Tinggal selangkah lagi dia dapetin beasiswa impian itu, setelah bergelut dengan ribuan pelajar yang mengikuti seleksi dari awal. Aku turut senang mendengar kabar itu, walau secara gak langsung ini jelas akan sangat mengurangi waktuku dengan dia. Karena Vino pasti akan lebih banyak menyisihkan waktu untuk belajar, dan aku hanya bisa mendukung Vino untuk hal ini.

*****
               Vino udah gak bisa sesering dulu nemenin aku. Karena dia lagi sibuk belajar untuk test lanjutan itu. Sms-an pun sepertinya susah, jika aku sms hanya sekali atau dua kali dia membalas, setelah itu selesai. Aku jadi merasa jauh dengan dia, tidak seperti dulu lagi. Kadang aku kangen saat-saat seperti dulu, saat kita bisa belajar bareng, tapi sekarang dia sudah terlalu sibuk. Weekend kali ini juga jadi garing banget, malem minggu yang biasanya di temenin Vino, sekarang jadi acara galau-galauan di dalem kamar sambil ngedengerin music. Bosen di rumah aku coba sms-in Anissa, sapa tau dia bisa nemenin aku.

To : Nissa
Non, ngpain ?
bsen nih d ruma…

Tak beberapa Nissa membalas pesanku.

From : Nissa
Kagak ngpa*.in non…
K.spi.an yaa ? :p
Ehh, bsok ikut ak yokk, ke Matos cari sesuatu…
:D

               Kali ini aku langsung meng-iya-kan ajakan dari Nissa, karena memang besok aku gak ada acara. Aku gak ngarep Vino bakal ngajak aku jalan, karena dia terlalu sibuk dengan belajarnya dan seakan lupa denganku. Jujur, sebenernya aku kangen sama Vino, kenapa dia seakan lupa sama aku. Semoga saja dia hanya terlalu sibuk belajar dan setelah test dia akan kembali seperti dulu. 

*****
               Udah hampir 2 jam aku muter-muter Matos dengan Nissa siang ini. Kaki aku rasanya udah keriting, tapi Nissa sampai sekarang belum juga nemu barang yang di cari.
               “ Niss, kamu nyari apaan sih ? 2 jam kita ini muter-muter disini, aku kesel non. “
               “ Yee, kamu kan uda lama gak nemenin aku, baru segini aja udah ngamuk. Huuu… “
               “ Kaki aku uda pegel nih. “
               “ Yaweslah, nongkrong di kafe depan aja ya ? Sambil nunggu temenku yang lain. “
               Legaaa. Akhirnya bisa duduk juga setelah lama muter-muter nemenin si Nissa. Hari cuaca lumayan panas, keadaan disini juga cukup ramai. Mungkin orang-orang pada mikir kalo sekarang ini adalah saat yang tepat untuk keluar rumah, karena memang akhir-akhir ini Malang selalu diguyur hujan.
               “ Tita, kenalin nih temen aku, Rendy. “ kata Nissa membuyarkan lamunanku, aku baru sadar kalo ternyata ada orang yang datang.
               “ Ohh, iya. Aku Tita.” Aku menerima jabatan tangan Rendy, aku baru tau kalo di Nissa punya temen cakep. Rendy cool banget. Hehehehehehe :p
               “ Ren, ini nih Tita. Sahabat aku dari SMP yang sering aku certain ke kamu. “
               “ Ohh, iyaa. “ jawab Rendy singkat.
               “ Rendy ini kakak kelas aku waktu SD dulu, Tit. Dia juga tetangga aku, tapi pas SMP dia pindah ke Bali ngikut ortunya. Sekarang lagi kuliah di UB. “ Nissa nyerocos aja tuh ngenalin si Rendy ke aku, kalo gini gayanya udah kaya sales kosmetik. Aku Cuma bisa ber” Ho-oh “ ria. Hehehehehe :D
               “ Ehh, aku ke toilet dulu ya ? Ren, jagain Tita, jangan sampe kabur. “ kata Nissa sambil nyengir, dasar tuh bocah,emang aku kucinng apa harus dijagain biar gak kabur.
               “ Btw, Tita rumanya dimana sih ? “
               “ Rumah aku ada di Jln. Duku. Kamu sendiri ? Nge-kost disini ? “
               “ Iya, aku nge-kost dideket kampus, kapan-kapan aku boleh ya main ke rumah kamu ? “
               “ Boleh kok. “ kataku sambil tersenyum.
               Obrolan kami terus mengalir, ternyata Rendy anaknya bener-bener asik. Kita baru kenal beberapa jam aja udah bisa ngobrol selancar ini dan nyambung banget. Dianya cakep juga lagi. Hehehehe :D. Tapi, ini hanya sekedar mengagumi saja, gimanapun aku tetep sayang sama Vino, kekasihku yang kini sedang tenggelam dalam keseriusannya mengejar cita-cita.
               “ Tit, Ren, pulang yuk ? Udah sore nih. “ ajak Nissa setelah kembali dari toilet.
               Aku hanya mengangguk meng-iya-kan. Tapi sebelum pulang aku sudah sempat bertukar nomer hp dengan Rendy. Mungkin untuk akhir-akhir ini Rendy bisa menemaniku saat Vino sedang sibuk.

*****
               Malam ini lagi-lagi aku sendirian di kamar, hanya di temani dengan alunan lagu Dan Tak Mungkin dari Agnes Monica. Saat lagi asik dengerin musik tiba-tiba handphoneku berbunyi, aku kira itu pesan dari Vino, tapi ternyata bukan itu Rendy.

From : Rendy
Malem Titaaa
:D

               Aku segera membalas pesan dari Rendy, malam ini aku lebih beruntung rupanya, karena Rendy bisa menemaniku walau hanya lewat sms. Sampai sekitar jam 10 malam kita sms-an. Rendy ngajakin aku jalan ber-dua. Sebenernya aku ingin menolak karena takut melukai Vino jika dia tau aku jalan sama cowok lain. Tapi, aku gak bisa nolak ajakan dari Rendy karena memang sejujurnya aku pengen banget jalan-jalan. Akhirnya aku meng-iya-kan ajakan dari Rendy.

*****
               Malam itu datang Rendy menjemptku ke rumah tepat pukul 7 malam, aku tak tau dia akan mengajakku kemana, kata dia sih Cuma ke suatu tempat yang indah. Di sepanjang perjalanan aku hanya bisa menebak-nebak aku akan di ajak kemana oleh Rendy. Gak berapa lama kita sampai ke tempat yang di tuju. Sumpah, tempat ini indah banget. Meskipun masih di Malang, tapi aku belum pernah mengunjungi tempat ini. Kata Rendy sih, tempat ini namanya Bukit Bintang. Pastas orang menyebutnya seperti itu karena kita memang serasa dekat sekali dengan bintang kalau berada disana.
               “ Tita. “
               “ Apa, Ren ? “
               “ Kamu cantik hari ini, makasih ya udah mau nemenin aku kesini. “
               “ Seharusnya aku yang bilang makasih, karena kamu udah bikin aku seneng hari ini, Ren. “ balasku sambil tersenyum.

*****
               Semakin lama aku semakin dekat dengan Rendy, sekarang aku lebih sering ketemu dan sms-an dengan Rendy daripada dengan Vino. Aku juga merasa semakin jauh dengan Vino, padahal sekarang Vino sudah tidak lagi sibuk dengan belajarnya. Jujur, Rendy memang cowok yang asik, dia sangat berbeda dengan Vino. Perasaanku mulai goyah terhadap Vino. Dan sepertinya dia merasakan perubahanku itu.
               Malam ini, aku jalan lagi sama Rendy. Ke Bukit Bintang, tempat favorit kita.
               “ Tita, boleh aku ngmong sesuatu ? “
               “ Ngomong aja, Ren. “
               “ Tit, kamu mau gak jadi cewekku ? “
               Jleb ! Aku gak percaya Rendy berani nembak aku, padahal dia tau kalo aku masih jalan sama Vino.
               “ Aku tau Tita kalo kamu masih punya Vino, tapi jujur, aku gak bisa nutupin perasaan ini. Dari awal kita ketemu aku udah suka sama kamu. Mungkin ini konyol, tapi aku rela kok jadi yang kedua. “
               Kata-kata Rendy barusan bener-bener buat aku shock, aku gak nyangka kalo dia bisa ngomong kayak gitu.
               “ Ren, kalo aku boleh jujur, sebenarnya aku juga sayangsama kamu. Tapi aku bingung, aku masih punya Vino, dan aku susah buat mutusin dia karena dia memang gak ada salah. Apa kamu bener-bener gak papa jadi yang kedua ? “
               “ Apapun aku rela, Tit. Asal aku bisa sama kamu. “
               Handphoneku bordering, saat kulihat ternyata itu dari Vino. Degup jantung semakin kencang saja, aku mengangkat telfon Vino.
               “ Sayang, sepuluh menit lagi aku sampai di rumah kamu. Aku mau ngajak kamu jalan, maaf ngedadak karena aku mau ngasih surprise. “
               Aku tak dapat berkata apa-apa, aku bingung karena aku sayang keduanya.
               “ Sayang, halo ? Tita sayang, kamu gak papa kan ? “
               Klik ! Aku memutus telfon dari Vino dan segera mengirim sebuah sms.

To : ..maii hunbie..
Vino, maafin ak…
Km gak lbih baik plg nd gak usah jmput aku…
Makasih buat selama ini.

               Saat aku mengirim pesan itu rasa hatiku sungguh berkecamuk. Aku harus memilih salah satu dari mereka. Aku memang harus membuat luka pada salah satu dari mereka, tapi inilah keputusanku. Aku memilih Rendy, dia yang selalu menemaniku selama ini.
               “ Ren, sekarang aku cuma milik kamu. “ ucapku sambil tersenyum pada Rendy.
               “ Makasih, sayang. Aku janji bakal selalu jaga kamu. “
               Tak berapa lama handphoneku kembali berbunyi, tapi sama sekali tak ku hiraukan. Aku yakin itu pasti Vino. Aku sengaja mengabaikannya agar aku tak lagi goyah dengan keputusanku. Aku takut aku akan kembali bimbang jika memdengar suara Vino lagi. Namun, handphoneku tak berhenti berdering, dan akhirnya aku mencoba melihat sapa yang menghubungiku, ternyata Anissa.
               “ Tita, kamu dimana ? Vino kecelakaan, buruan ke rumah sakit. Kondisi dia parah banget. “
               Aku segera mengajak Rendy ke Rumah Sakit. Perasaanku saat ini sangat kacau. Aku merasa sangat bersalah pada Vino, gak seharusnya aku mengatakan hal seperti tadi itu saat dia sedang mengendarai motor. Kenapa aku tadi gak mikir akibatnya sampai sejauh ini. Aku tak sanggup membendung air mataku.
               Saat aku sampai di Rumah Sakit, aku melihat Anissa dan keluarga Vino, teman-teman satu kelasnya juga ada disana. Aku merasa sangat bodoh karena tak memikirkan apa yang terjadi akibat keputusanku tadi.
               Tak berapa lama seorang Dokter keluar dari ruangan tempat Vino di rawat. Orang tua Vino segara menghampirinya.
               “ Dok, bagaimana anak saya ? Dia baik-baik saja kan ? “
               “ Benturan yang terjadi di kepalanya sangat parah. Dan kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Maaf, anak ibu tak bisa kami selamatkan, “
               Kata-kata dokter barusan benar-benar seperti sambaran petir bagiku. Aku tak percaya dengan ini semua, aku telah membuat Vino menjadi seperti ini. Aku merasa ini semua salahku, aku merasa sangat bersalah, aku bodoh, dan aku sangat jahat pada Vino.
               Sebuah sms masuk ke handphoneku, dari Vino. Balasan dari sms yang aku kirim tadi, pesan yang dia tulis sebelum kecelakaan itu terjadi yang sempat pending dan baru baru terkirim sekarang.

From : ..maii hunbie..
Sayang, ak tau ak mmang bkan cow xg smprna nd baik buat km..
Ak tau ak gak bsa buat km snenk, ak jga bkan cow xg gaul, ak gak prnah bsa bkin kmu
snenk, nd ak jga sngat mmbosankan..
Ak sdar itu, Tita..
Ak hrgai k.ptus.an km ini, ak jga mngrti bhwa km tlah mnmukan cow xg lbih baik dr ak
untk nmnin km..
Tpi Tita, mskpun km sekarang bukan milikku lagi ak akan slalu mencintai kmu..
Hati ini Cuma km xg memiliki, ak yakin suatu saat nanti ak akan dapat mmlikimu lagi, walau itu di alam xg berbeda, ak akan selalu mnunggu. 
Love U Tita…

               Pesan ini benar-benar membuatku sesak, aku sangat bodoh karena aku telah menyia-nyiakan seseorang yang telah sangat tulus mencintai aku. Aku benar-benar menjadi cewek yang sangat beruntung telah mendapat cinta tulus dari Vino, tapi apa yang aku lakukan. Aku membuat dia sakit hati dan akhirnya mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya, yang merenggut semua cita-cita dia. Aku tak kuasa menghadapi semua kenyataan ini, kenyataan bahwa Vino sangat tulus mencintaiku dan aku telah menyakiti dia. Dalam sekejap semua terasa gelap dan menghilang…

*****
               Di hadapanku sekarang, segunduk tanah dan batu nisan bertuliskan nama Malvino Putra Pratama. Aku masih menatapnya dalam-dalam, tak percaya bahwa dia sudah benar-benar tiada. Vino telah pergi dengan sebuah luka. Luka yang aku sayatkan dengan begitu dalam. Luka yang aku berikan kepada dia yang sangat mencintaiku. Aku sangat menyesal saat ini, tak seharusnya aku mengambil keputusan itu. Seharusnya aku tau bahwa Vino memang yang terbaik. Tapi, apalah arti sebuah penyesalan, jika semua sudah begini adanya. Aku tak tau apakah aku bisa memaafkan kebodohanku ini.
               Sekarang tak ada yang bisa aku lakukan, semua sudah terlambat. Hanya tangis penyesalan yang terus terurai atas kepergian seseorang yang sebenarnya sangat aku cintai dan itu semua karena kesalahan terbodoh yang aku lakukan.

oleh: Shavira Novi Safitri

THE END